Konteks Tinggi dan Konteks Rendah dalam Komunikasi Antar Budaya
Pengertian High and Low Context Dalam Komunikasi Antar Budaya |
Definisi High Context and Low Context
High Context CommunicationKomunikasi konteks tinggi adalah komunikasi yang bersifat implisit dan ambigu, yang menuntut penerima pesan agar menafsirkannya sendiri. Komunikasi konteks tinggi bersifat tidak langsung, tidak apa adanya.Komunikasi konteks � tinggi mengandung pesan relatif banyak terdapat dalam konteks fisik (physical context), sehingga makna pesan hanya dapat dipahami dalam konteks pesan tersebut. Dalam komunikasi konteks tinggi, makna terinternalisasikan pada orang yang bersangkutan, dan pesan lebih ditekankan pada aspek non � verbal (internalized in the person while very little is in the coded). Dalam komunikasi yang demikian, mengetahui suatu kata atau huruf hanya memberi sedikit makna bila tidak diketahui konteks penggunaannya.
Ciri-ciri Komunikasi Konteks Tinggi sbb: Typically short, pithy, and poetic (ciri komunikasinya yang singkat, penuh arti, dan puitis). Komunikasi konteks tinggi sangat mungkin dipahami jika digunakan di dalam kelompoknya sendiri (in group), tidak untuk kelompok luar (outsiders).Komunikasi konteks-tinggi bertipikal sedikit berbicara, implisit, puitis. Orang berbudaya konteks-tinggi menekankan isyarat kontekstual, sehingga ekspresi wajah, tensi, gerakan, kecepatan interaksi dan lokasi interaksi lebih bermakna. Orang dalam berbudaya konteks-tinggi mengharapkan orang lain memahami suasana hati yang tak terucapkan, isyarat halus dan isyarat lingkungan.
Dalam interaksi konteks-tinggi pesan dalam komunikasi akan mudah dimengerti oleh kelompoknya (orang yang berkonteks-tinggi).Sulitnya untuk mengatakan tidak, bagi orang Indonesia bukan sekedar basa-basi, situasi demikian benar-benar ada apa adanya (reality) di lingkungan kita sehari-hari, yang oleh Edward T. Hall dikatakan �places cultures along a continuum� (bersemi ada dalam budayanya). Orang Indonesia lebih memilih diam daripada mengucapkan kata tidak secara langsung.
Closed System selalu sering dihubungkan dengan sistem masyarakat tertutup, yakni suatu sistem sosial yang mempercayai bahwa pandangannya (way of life) tidak dapat diubah oleh kelompok luar (Out-group). Disini peran kolektif cukup tampak menonjol, dibandingkan individu. Suatu Kelompok Sosial merupakan in-group atau bukan, tergantung situasi sosial. Sikap yang ada yang dimiliki oleh in-group pada umumnya didasarkan pada simpati. Selalu memiliki perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Budaya komunikasi konteks tinggi ditemukan dalam sistem sosial tertutup (closed system), seperti sistem sosial masyarakat Indonesia.
Polychronic time, yakni lawan dari monochronic time sbb: Kurang bisa menghargai waktu, sering tidak tepat waktu kalau memberikan janji, dan kurang memiliki disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang sering kita dengar dengan istilah suka ngaret.
Bangsa Skandinavia dan Jerman tergolong dalam budaya bertipikal konteks-rendah, dan Amerika (terutama yang berkulit putih, anglo-saxon dan protestan) mempunyai tipikal konteks yang lebih tinggi dibanding Skandinavia dan Jerman, meskipun masih tergolong dalam budaya konteks-rendah. Sedangkan bangsa China dan suku Indian Amerika tergolong dalam budaya bertipikal konteks-tinggi.
Menurut Hall, dalam situasi tertentu dapat saja seseorang berkomunikasi dengan gaya komunikasi konteks tinggi dan di situasi lainnya bergaya komunikasi konteks rendah. Contohnya adalah orang Jepang. Orang Jepang dalam berhubungan dengan keluarga cenderung berkonteks-tinggi, sedangkan dalam berhubungan dengan orang luar atau orang asing, orang Jepang cenderung berkonteks-rendah. Selain itu, dalam suatu budaya bertipikal konteks tertentu dapat saja terdapat sub-subkultur yang relatif berkonteks-tinggi atau relatif berkonteks rendah. Misalnya, di Indonesia yang berbudaya relatif berkonteks-tinggi. Budaya jawa yang dominan mewarnai budaya Indonesia sangat bertipikal konteks-tinggi. Sebaliknya, budaya batak adalah budaya yang derajat konteks-tingginya paling rendah, meskipun tidak tergolong budaya bertipikal konteks-rendah. Orang batak cenderung berbicara langsung dan lugas, tanpa basa � basi.
Low context Communication
Komunikasi konteks rendah adalah komunikasi yang bersifat langsung, apa adanya, lugas tanpa berbelit-belit ngalor-ngidul. Karakter komunikasi semacam ini biasa terjadi di Barat, mereka sukanya to the point tidak suka basa-basi.
Pada umumnya, komunikasi konteks-rendah ditujukan pada pola komunikasi mode lisan langsung (direct verbal mode)- pembicaraan lurus, kesiapan non verbal (nonverbal immediacy) dan mengirim berorientasi nilai (sender-oriented values). Pengirim bersikap tanggung jawab untuk menyampaikan secara jelas. Dalam komunikasi konteks rendah, pembicara diharapkan untuk lebih bertanggung jawab untuk membangun sebuah kejelasan, pesan yang meyakinkan sehingga pendengar dapat membaca sandi (decode) dengan mudah.
Ciri-ciri Komunikasi Konteks Rendah yaitu, must be longer, more elaborated, and explicit (ciri komunikasinya bisa menggambarkan atau bisa juga menjelaskan hingga cukup tampak rinci dan panjang, dan saat itu juga disampaikan secara eksplisit).
Budaya konteks-rendah cenderung menganut �waktu monokronik�, waktu monokronik adalah waktu yang berjalan secara linear. Waktu linear dianggap berjalan dari masa lalu ke masa depan, seperti garis lurus, dan tidak pernah kembali. Waktu dianggap objektif, dapat dihitung, dihemat, dihabiskan, dan dibuang. Maka waktu menjadi berharga, sehingga muncullah pribahasa Time is money. Efisiensi waktu adalah ciri khas dari budaya konteks-rendah, one-thing-at-one-time, being on time,getting the job done by a deadline.
Terima kasih telah membaca di Opick Weblog. beri komentar agar saya dapat terus membagi ilmu yang bisa berguna untuk anda, juga berikan saran dan kritik yang bersifat membangun. Jangan lupa like fan page Opick Weblog dan follow twitter @opick00 agar anda lebih mudah mendapatkan ilmu seputar komunikasi.
Terima kasih telah membaca di Opick Weblog. beri komentar agar saya dapat terus membagi ilmu yang bisa berguna untuk anda, juga berikan saran dan kritik yang bersifat membangun. Jangan lupa like fan page Opick Weblog dan follow twitter @opick00 agar anda lebih mudah mendapatkan ilmu seputar komunikasi.
Belum ada Komentar untuk "Konteks Tinggi dan Konteks Rendah dalam Komunikasi Antar Budaya"
Posting Komentar